Jumat, 22 Mei 2015

Tentang suamiku Denny Istmas Ardiansyah

Tentang suamiku denny...

"Udahlah kamu tuh POL MENTOK KEJEDOT sama aku" begitu katanya waktu dia bilang "aku sayang banget sama kamu" tapi ku jawab dengan candaan "aku enggak tuh"

Walau dalam hati aku membenarkan apa yang kamu ucapkan itu, hanya gengsiku terlalu tinggi untuk meng-iyakan

Kamu memang bukan siapa-siapa, bukan anak pejabat atau pengusaha Tentang suamiku denny...

Kamu memang bukan siapa-siapa,bukan penyandang gelar sarjana lulusan universitas negri bergengsi atau pegawai oil and gas company dengan gaji diatas 20juta/bulan

Kamu memang bukan siapa-siapa , hanya laki-laki yang ingin aku habiskan waktunya bersamaku hingga akhir hayat

Kamu hanya laki-laki , yang bisa menerima segala kekuranganku

Aku bukan siapa-siapa, aku hanya perempuan yang tidak begitu pandai, bahkan nyaris tidak punya kelebihan

Aku tidak bisa melakukan pekerjaan rumah tangga dan memasak, tapi kamu menganggapku bernilai karena bisa menjadi partner dalam mengambil banyak keputusan dalam menjalani kehidupan

Ketika orang lain melihat banyak sekali kekuranganku, yang kamu tunjukan padaku adalah kelebihan-kelebihanku, sehingga aku merasa berarti sebagai manusia

Kamu bilang, aku suka nuntut dan itu terkadang memberatkanmu, tapi kamu mengakui kalau tuntutanku demi kebaikan bersama. Kamu bilang aku hampir tidak pernah memberatkanmu dalam hal tuntutan "wanita" yang sifatnya material/kesenangan pribadi

Kamu dan aku sadar, yang menyatukan kita bukan sifat tapi visi dan misi hidup kita yang sama

Sifatku yang keras dan egois membuatmu terganggu karena harus terus mengalah, sifatmu yang kurang   Peduli, tidak peka , dan nyaris tidak berinisiatif membuatku gerah karena terkadang membuatku kuwalahan

Tapi pandangan hidup kita sama, kita melihat semua yang kita dapatkan sekecil apapun sebagai nikmat yang harus disyukuri, dan itu sangat membantu membuat hidup kita lebih ringan,

Kita sama karena bercita-cita hidup dalam kesederhanaan yang bersahaja , dan itu membuat kita dapat mengendalikan keinginan kita dan mengutamakan apa yang lebih kita butuhkan

Ketahuilah sayang,

Aku bahagia menjadi istrimu, walau bertemu denganmu harus melewati ribuan kilometer dan tiket jutaan rupiah hanya untuk sekali kunjungan

Kamu adalah nafas hidupku,
Mungkin dulu sebelum menikah, aku bahkan hampir jarang menanyakan keberadaanmu, tapi setelah menjadi istrimu , nafasku sesak ketika lebih dari berjam-jam handphonemu mati tanpa keterangan
Bukan, bukan aku curiga tapi kekhawatiran tentang keselamatan dan kesehatanmu menjadi hal terpenting dalam otak dan hatiku

Kamu adalah pendukungku, walau terkadang aku bilang kamu tidak pernah menjadi supporterku, tapi sungguh semua hal berat yang ku lewati tidak akan berjalan mudah tanpa kesabaranmu mendengarkan jerit tangisku dititik-titik rendah dalam hidupku

Kita adalah 2 manusia biasa yang harus terus belajar, memperbaiki diri , dan terus mengharap Tuhan selalu memberkati setiap langkah hidup kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar