LONG LIFE LEARNING...
Hidup adalah proses belajar yang tidak ada habisnya,
Hidup adalah tentang mengambil pelajaran yang berlangsung seumur hidup
Dalam kehidupan, kita akan mengalami banyak fase.
Fase bertumbuh dalam keluarga
Fase berkembang dalam kehidupan sosial
Fase memulai kemandirian
Fase berbagi kehidupan
Fase bertumbuh dalam keluarga adalah saat dimana kita dilahirkan ke dunia sebagai anak dari keluarga yang sudah dipilihkan Tuhan untuk kita. Dalam fase ini, kita hanya mendapat keterbatasan pelajaran hidup dari cara orangtua dan keluarga kita mengasah, mengasuh dan mengasihi kita. Dunia begitu sempit untuk kita. Namun justru di fase inilah kunci kehidupan kita akan bagaimana di masa mendatang. Bagaimana cara kita memandang dunia, bagaimana cara kita berpikir dan bagaimana kita bersikap dengan dunia luar, semua berawal dari fase ini. Namun Tuhan bilang, takdir memang ditentukan oleh-NYA, namun nasib ditentukan kita sendiri, nasib inilah ujung dari hasil selama perjalanan belajar yang kita lalui.
Air mata dalam fase bertumbuh dalam keluarga hanya berarti tentang kecewa jika apa yang kita harapkan dan kita inginkan tidak dapat diwujudkan oleh orangtua kita. Kebahagiaan hanya tentang mendapat perhatian tulus dari orangtua, dan tentang keinginan-keinginan yang diwujudkan oleh mereka.
Fase berkembang dalam kehidupan sosial adalah fase dimana dunia kita mulai meluas. Kita belajar dari lingkungan sekitar. Belajar dari buku, dari memperhatikan lingkungan sekitar, dari perilaku orang lain, dari pergaulan dan untuk sekarang dari internet tentunya. Kita terus berkembang menjadi makhluk sosial. Bekal yang kita bawa dari fase sebelumnya akan sangat mempengaruhi pijakan kita di fase kedua ini. Cara kita menanggapi dan merespon pelajaran yang kita peroleh dari fase ini dipengaruhi oleh cara berpikir kita yang kita peroleh dari pelajaran di fase sebelumnya.
Cara kita belajar, cara kita bergaul, cara kita mengelola emosi dan cara kita mengelola kebebasan akan tampak pada fase ini. Walau fase ini akan mengalami kenaikan level berkali-kali, dari usia sekolah sampai kuliah. Fase ini dikenal dengan fase pencarian jati diri. Jika pola pikir dan cara bersikap kita sudah on track maka fase selanjutnya akan menjadi lebih terencana dengan baik.
Jatuh cinta dan patah hati, berteman, berselisih paham, dalam fase ini membuat air mata mengandung banyak pelajaran dalam mengenal kehidupan. Kebahagiaan adalah ketika kita diterima dalam pertemanan, ketika kita memiliki hubungan dengan lawan jenis. Jika gagal mengambil makna dan point pentingnya dalam seluruh rangkaian pelajaran berharga di fase ini, maka fase selanjutnya akan sangat berat dilalui. Dalam fase ini harus ditutup dengan kita tau apa yang kita mau dalam mencapai kehidupan ini dimasa depan, dengan begitu dalam memasuki fase setelahnya, kita tahu harus melakukan apa.
Fase memulai kemandirian fase dimana seluruh pelajaran hidup sebelumnya akan digunakan sebagai bekal untuk mampu berdiri diatas kaki kita sendiri. Fase ini biasanya dimulai saat kita lulus dari universitas. Mencari penghasilan secara mandiri baik bekerja maupun membuka usaha, mencari pasangan hidup yang akan menjadi teman berbagi kehidupan. Fase ini adalah fase kita menindak lanjuti apa yang kita inginkan dalam kehidupan dengan melakukan hal-hal yang perlu dilakukan demi mencapai tujuan. Apakah tujuan kita? Yaaa...tentu tujuan kita adalah "apa yang kita inginkan"
Contoh yang saya alami adalah, keinginan sederhana saya dulu saat kuliah adalah,
saya ingin kerja di Bank, saya ingin memiliki suami yang bisa menerima kekurangan saya mengenai pekerjaan rumah tangga namun saya berjanji akan mengelola kelebihan saya yang lain yang akan membuat rumah tangga kami tetap nyaman, saya ingin memiliki level finansial kelas menengah yang cukup aman (tidak bermimpi memiliki kehidupan yang fancy dan tidak berharap juga memiliki kehidupan yang miserable)
Darimana saya menentukan "keinginan" saya itu? tentunya dari mengambil banyak pelajaran dari kehidupan oranglain, dari buku, dan dari hasil analisa kemampuan saya mengenali diri saya sendiri (mengenali apa kekurangan dan kelebihan yang saya miliki)
Berangkat dari "keinginan" menjadi TUJUAN, saya memulai fase kemandirian dengan mencari pekerjaan di dunia perbankan, menyelesaikan hubungan pacaran yang tidak sevisi dan misi dengan saya dan memelihara hubungan pacaran yang sesuai tujuan saya.
Saya menata kehidupan saya sesuai dengan tujuan saya. Saya menikah ketika finansial saya dan pacar saya sudah berada pada level aman menurut kami, kami menentukan batas toleransi kami masing-masing dan menentukan tujuan pernikahan kami.
Air mata dalam fase kemandirian adalah tentang melepaskan ketergantungan kita pada keluarga dan tegap berdiri untuk berdaya bagi diri kita sendiri, kebahagiaan pada fase ini adalah saat kita dapat menyelesaikan masalah kita sendiri.
Fase berbagi kehidupan berjalan sesuai dengan apa yang kita pelajari dari fase sebelumnya. Fase ini adalah yang terpanjang dalam belajar karena akan menghabiskan waktu sesuai sisa hidup kita. Banyak kenaikan level dalam kehidupan ini.
Berbagi kehidupan dengan pasangan dalam kehidupan pernikahan
Berbagi kehidupan dengan anak ketika menjadi orangtua
Berbagi kehidupan dengan seluruh rantai dalam mata pencaharian kita ketika kita mencari nafkah
Kehidupan pernikahan adalah belajar terus untuk beradaptasi dengan orang lain yang memiliki latar belakang keluarga dan pergaulan dengan kita, kehidupan pernikahan adalah tentang berdaptasi dengan pasangan yang sebagai manusia kita adalah makhluk yang terus berubah.
Ketika menjadi orangtua, kita belajar memberikan dunia kepada oranglain yang merupakan titipan Tuhan. Masa depan anak kita akan terpengaruh bagaimana kita membesarkannya. Belajar hal baru dari fase kehidupan oranglain yang merupakan buah dari biji yang kita tanam.
Berbagi kehidupan dengan seluruh rantai dalam mata pencaharian kita ketika kita mencari nafkah adalah berbagi kehidupan dengan seluruh hirarki yang ada dalam perusahaan tempat kita bekerja atau yang kita bangun sendiri.
Saya hampir mengalami depresi saat memulai level baru dalam pekerjaan saya, ketika sebelumnya saya hanya dipimpin dan memimpin diri sendiri kemudian saya harus memiliki tanggungjawab lebih membuat saya merasa sangat tidak berdaya dan bernilai sebagai manusia. Namun kembali lagi proses belajar pada tahap ini tidak ada ujungnya, diskusi dengan orang lain yang mengerti harus mengambil sudut padang darimana untuk menjadi masukan kita atau membaca buku dan mencari resource lainnya sangat membantu dalam menjalankan fase ini.
Hari ini tepat 6 tahun pernikahan saya dengan suami saya 21 Juni 2020
Banyak sekali pelajaran yang sudah kami lalui dan akan kami lalui kedepan,
Pasang dan surut kehidupan terus mengiringi kami,
Namun jika kami tetap menjaga tujuan kami bersama, maka pasang surut ini akan berlalu dengan membawa banyak pelajaran berharga yang menjadi bekal kami pada setiap level kenaikan kehidupan di Fase ini
Sabtu, 20 Juni 2020
Rabu, 06 Mei 2020
BAGAIMANA MENGENALI DIRI SENDIRI?
Bagaimana Mengenali Diri Sendiri??
Kata orang, pencarian jati diri itu biasa terjadi pada anak remaja yang mulai tumbuh dewasa. Mereka biasanya berubah-ubah dalam penampilan dan dalam pola pikir untuk mencari mana yang paling sesuai dan pas dengan pribadi mereka. Masa pencarian jati diri ini akan menjadi basis awal penentuan hidup, karena pengambilan keputusan pada masa ini akan sangat berpengaruh pada masa depan.
Seperti bagaimana kita akan memilih jurusan pada saat masuk kuliah, bagaimana kita memilih pergaulan, dan bagaimana kita melakukan hubungan dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis. Untuk itu pada masa ini memang sangat penting untuk memiliki panutan, contoh atau pembimbing agar pencarian jati diri ini menemukan jalan yang tepat.
Saya juga melewati masa tersebut pastinya, yang mungkin terlalu panjang untuk diceritakan kali ini. Yang ingin saya bagi kali ini adalah saya menyadari bahwa mengenali diri sendiri tidak berhenti pada masa remaja itu saja, bahkan di usia saya sekarang menjelang 31 tahun, saya masih terus berkenalan pada diri saya. Saya ingat bahwa manusia adalah makhluk yang terus bertumbuh hari demi hari, bahwa manusia bertumbuh dari belajar atas pengalaman masa lalunya atau pengalaman oranglain.
Kemarin sepulang dari kantor, setelah dalam 2 hari ini saya merasa pekerjaan di kantor seperti tidak dapat saya ikuti, saya merasa tidak kompeten dalam menjalankan pekerjaan saya, saya seperti selalu melakukan kesalahan berulang yang membuat saya frustasi terhadap diri saya sendiri membuat saya mencoba menggali masa lalu saya, kenapa saya tumbuh dan merasakan hal seperti ini.
Sejak kecil, Tuhan memudahkan hidup saya. Saya tumbuh dalam keluarga yang tidak kekurangan, keinginan saya hampir semua dituruti oleh orangtua saya. Saya memang tidak terlalu sukses dalam berteman walau jika tampak dari luar saya punya banyak teman, tapi Tuhan menggantinya dengan menghadirkan pacar yang selalu hampir sempurna dimata saya hahaha, sehingga masa remaja saya tetap dapat dikenang dengan baik. Pada intinya saya jarang menghadapi tantangan, hidup saya mudah dijalani. Bahkan saya tidak pernah melakukan pekerjaan rumah apapun, mungkin kalau ada kejuaraan mager, saya nomor satu hehe.
Itu semua membuat saya menjadi pribadi yang pesimis, mudah menyerah, reaktif jika menghadapi masalah dan sering merasa putus asa terhadap kemampuan saya sendiri. Suami saya bilang karena hidup saya selama ini kurang tantangan.
Ya memang benar demikian, saat oranglain suka sekali traveling ke suatu tempat yang pemandangannya indah, dan saya tau jika mencapai tempat tersebut harus dengan perjuangan berjalan kaki jauh atau mendaki, maka saya tidak akan melakukan perjalanan seperti itu. Saya lebih suka liburan yang nyaman dan tanpa perjuangan. Saya benar-benar orang yang mencari zona nyaman dan aman.
Mama saya tumbuh dari keluarga yang serba kekurangan, sehingga ketika mendidik saya, mama saya selalu menceritakan bagaimana dia mempersiapkan kehidupannya setelah menikah. Mama saya mengajarkan step demi step bagaimana mengelola finansial, mengelola perasaan saat kecewa sehingga disisi lain saya tumbuh menjadi orang yang selalu mempersiapkan diri untuk segala hal.
Saya selalu matang dalam perencanaan hidup saya karena saya takut menghadapi tantangan dimasa depan. Maka saya selalu menyusun life plan dalam hidup saya.
Saya juga selalu dapat mengelola perasaan saya ketika keadaan membuat saya kecewa, ketika orang lain atau situasi yang saya hadapi tidak sesuai ekpektasi saya atau mengecewakan saya, maka saya dapat menghadapinya dengan lebih realistis (orang bilang saya tidak mudah baper). Bahkan saya tidak pernah menyalahkan oranglain atau keadaan ketika saya mengalami masalah. Semua akan saya kembalikan kepada saya sendiri, karena saya menyadari hanya saya yang dapat mengendalikan keadaan saya sendiri, bukan oranglain.
Usia saya bahkan baru 30 tahun, dan jika diberi umur yang panjang maka saya akan banyak menghadapi skenario yang sudah Tuhan siapkan untuk saya, yang saya tidak akan tau apa dan bagaimana. Yang dapat saya lakukan hanya mempersiapkan diri. Tapi terkadang manusia tidak punya pilihan selain harus beradaptasi, dan sepertinya ini adalah waktu yang sudah ditentukan Tuhan untuk saya meninggalkan masa lalu dan menjadi manusia yang bertumbuh untuk dapat lebih tenang menghadapi masalah, tidak mudah menyerah, tidak mudah putus asa.
Tuhan memberi saya suami yang tumbuh dari keluarga struggle, sehingga menjadi manusia yang menyukai tantangan, pantang menyerah dan tidak takut gagal sangat berbanding terbalik dengan saya. Mungkin Tuhan ingin mengkolaborasikan kami, saya harus belajar dari suami saya agar menjadi manusia yang lebih berani dan suami saya harus belajar dari saya tentang prinsip kehati-hatian.
Ketika saya dan suami saya berdiskusi tentang semua hal ini, dia bertanya kepada saya:
"menurutmu kompetensimu apa?kamu pengen dikenal sebagai indri yang jago dalam hal apa?"
saya bahkan tidak dapat menjawab pertanyaan itu karena saya merasa kecil sekali dan seperti tidak memiliki hal yang dapat saya banggakan, begitulah saya pribadi yang sangat pesimistis yang tidak berani menjawab tantangan. Walau saya selalu bertanggungjawab pada tugas yang saya dapat, namun dalam memenihi tugas tersebut saya selalu depresi pada ketakutan saya sendiri, dan menilai diri saya terlalu tidak kompeten.
Hidup memang tidak pernah sempurna, dan baru kali ini saya mengakui semua kekurangan saya. Saya ingin menjadi lebih baik entah bagaimana caranya saya ingin belajar, karena lagi-lagi saya harus ingat bahwa saya adalah madrasah pertama bagi anak saya. Saya harus mempersiapkan anak saya menjadi pribadi pejuang.Dan bagaimana saya dapat memberi contoh pada anak saya jika saya sendiri masih belum dapat lepas dari masa lalu saya hehe.....
Untuk teman-teman yang membaca blog saya kali ini,
Penting untuk terus dapat menggali dan mengenali diri sendiri untuk dapat mengetahui apa yang harus diperbaiki dan supaya dapat melanjutkan hidup lebih baik
Semoga saya, kamu dan kita semua menjalani hidup dengan terus memperbaiki diri, walau sulit.
Seperti bagaimana kita akan memilih jurusan pada saat masuk kuliah, bagaimana kita memilih pergaulan, dan bagaimana kita melakukan hubungan dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis. Untuk itu pada masa ini memang sangat penting untuk memiliki panutan, contoh atau pembimbing agar pencarian jati diri ini menemukan jalan yang tepat.
Saya juga melewati masa tersebut pastinya, yang mungkin terlalu panjang untuk diceritakan kali ini. Yang ingin saya bagi kali ini adalah saya menyadari bahwa mengenali diri sendiri tidak berhenti pada masa remaja itu saja, bahkan di usia saya sekarang menjelang 31 tahun, saya masih terus berkenalan pada diri saya. Saya ingat bahwa manusia adalah makhluk yang terus bertumbuh hari demi hari, bahwa manusia bertumbuh dari belajar atas pengalaman masa lalunya atau pengalaman oranglain.
Kemarin sepulang dari kantor, setelah dalam 2 hari ini saya merasa pekerjaan di kantor seperti tidak dapat saya ikuti, saya merasa tidak kompeten dalam menjalankan pekerjaan saya, saya seperti selalu melakukan kesalahan berulang yang membuat saya frustasi terhadap diri saya sendiri membuat saya mencoba menggali masa lalu saya, kenapa saya tumbuh dan merasakan hal seperti ini.
Sejak kecil, Tuhan memudahkan hidup saya. Saya tumbuh dalam keluarga yang tidak kekurangan, keinginan saya hampir semua dituruti oleh orangtua saya. Saya memang tidak terlalu sukses dalam berteman walau jika tampak dari luar saya punya banyak teman, tapi Tuhan menggantinya dengan menghadirkan pacar yang selalu hampir sempurna dimata saya hahaha, sehingga masa remaja saya tetap dapat dikenang dengan baik. Pada intinya saya jarang menghadapi tantangan, hidup saya mudah dijalani. Bahkan saya tidak pernah melakukan pekerjaan rumah apapun, mungkin kalau ada kejuaraan mager, saya nomor satu hehe.
Itu semua membuat saya menjadi pribadi yang pesimis, mudah menyerah, reaktif jika menghadapi masalah dan sering merasa putus asa terhadap kemampuan saya sendiri. Suami saya bilang karena hidup saya selama ini kurang tantangan.
Ya memang benar demikian, saat oranglain suka sekali traveling ke suatu tempat yang pemandangannya indah, dan saya tau jika mencapai tempat tersebut harus dengan perjuangan berjalan kaki jauh atau mendaki, maka saya tidak akan melakukan perjalanan seperti itu. Saya lebih suka liburan yang nyaman dan tanpa perjuangan. Saya benar-benar orang yang mencari zona nyaman dan aman.
Mama saya tumbuh dari keluarga yang serba kekurangan, sehingga ketika mendidik saya, mama saya selalu menceritakan bagaimana dia mempersiapkan kehidupannya setelah menikah. Mama saya mengajarkan step demi step bagaimana mengelola finansial, mengelola perasaan saat kecewa sehingga disisi lain saya tumbuh menjadi orang yang selalu mempersiapkan diri untuk segala hal.
Saya selalu matang dalam perencanaan hidup saya karena saya takut menghadapi tantangan dimasa depan. Maka saya selalu menyusun life plan dalam hidup saya.
Saya juga selalu dapat mengelola perasaan saya ketika keadaan membuat saya kecewa, ketika orang lain atau situasi yang saya hadapi tidak sesuai ekpektasi saya atau mengecewakan saya, maka saya dapat menghadapinya dengan lebih realistis (orang bilang saya tidak mudah baper). Bahkan saya tidak pernah menyalahkan oranglain atau keadaan ketika saya mengalami masalah. Semua akan saya kembalikan kepada saya sendiri, karena saya menyadari hanya saya yang dapat mengendalikan keadaan saya sendiri, bukan oranglain.
Usia saya bahkan baru 30 tahun, dan jika diberi umur yang panjang maka saya akan banyak menghadapi skenario yang sudah Tuhan siapkan untuk saya, yang saya tidak akan tau apa dan bagaimana. Yang dapat saya lakukan hanya mempersiapkan diri. Tapi terkadang manusia tidak punya pilihan selain harus beradaptasi, dan sepertinya ini adalah waktu yang sudah ditentukan Tuhan untuk saya meninggalkan masa lalu dan menjadi manusia yang bertumbuh untuk dapat lebih tenang menghadapi masalah, tidak mudah menyerah, tidak mudah putus asa.
Tuhan memberi saya suami yang tumbuh dari keluarga struggle, sehingga menjadi manusia yang menyukai tantangan, pantang menyerah dan tidak takut gagal sangat berbanding terbalik dengan saya. Mungkin Tuhan ingin mengkolaborasikan kami, saya harus belajar dari suami saya agar menjadi manusia yang lebih berani dan suami saya harus belajar dari saya tentang prinsip kehati-hatian.
Ketika saya dan suami saya berdiskusi tentang semua hal ini, dia bertanya kepada saya:
"menurutmu kompetensimu apa?kamu pengen dikenal sebagai indri yang jago dalam hal apa?"
saya bahkan tidak dapat menjawab pertanyaan itu karena saya merasa kecil sekali dan seperti tidak memiliki hal yang dapat saya banggakan, begitulah saya pribadi yang sangat pesimistis yang tidak berani menjawab tantangan. Walau saya selalu bertanggungjawab pada tugas yang saya dapat, namun dalam memenihi tugas tersebut saya selalu depresi pada ketakutan saya sendiri, dan menilai diri saya terlalu tidak kompeten.
Hidup memang tidak pernah sempurna, dan baru kali ini saya mengakui semua kekurangan saya. Saya ingin menjadi lebih baik entah bagaimana caranya saya ingin belajar, karena lagi-lagi saya harus ingat bahwa saya adalah madrasah pertama bagi anak saya. Saya harus mempersiapkan anak saya menjadi pribadi pejuang.Dan bagaimana saya dapat memberi contoh pada anak saya jika saya sendiri masih belum dapat lepas dari masa lalu saya hehe.....
Untuk teman-teman yang membaca blog saya kali ini,
Penting untuk terus dapat menggali dan mengenali diri sendiri untuk dapat mengetahui apa yang harus diperbaiki dan supaya dapat melanjutkan hidup lebih baik
Semoga saya, kamu dan kita semua menjalani hidup dengan terus memperbaiki diri, walau sulit.
Sabtu, 29 Februari 2020
I WILL MARRY YOU WITH TERMS AND CONDITIONS BOOK
Pada suatu pagi saya mengirim pesan kepada suami saya, bahwa saya akan berkomitmen untuk memberi target pada diri sendiri menyelesaikan membaca buku dan menonton film pada periode tertentu agar saya tetap terus dapat mengembangkan diri.
Suami saya mengatakan bahwa seharusnya saya juga sudah mulai menargetkan diri untuk menulis. Pada saat itu saya belum berpikir bahwa saya punya kemampuan untuk menulis sebuah buku. Namun ternyata kepenatan saya terhadap pekerjaan membuat saya semakin terpacu untuk mencari pelarian yang positif. Dan pelarian itu jatuh pada menulis sebuah buku, yang akhirnya saya beri judul "I WILL MARRY YOU WITH TERMS AND CONDITIONS". Buku ini saya selesaikan sekitar lebih dari satu bulan. Lantas saya mencoba mencari penerbit dan Allhamdulillah telat terbit buku saya pada 26 Februari 2020.
Sebenarnya apa saja yang saya tulis dalam buku ini?
Judul yang saya sematkan adalah "I WILL MARRY YOU WITH TERMS AND CONDITIONS" karena menurut saya ketika kita mengatakan "YESS" untuk menikah dengan seseorang, maka harus ada terms and conditions yang disepakati berdua yang berdasar kompromi dan diskusi bersama demi menuju pada tujuan pernikahan. Tujuan pernikahan adalah yang paling utama sebagai alasan kita menikah, karena untuk apa kita menikah jika tanpa tujuan.
Dalam Sub judul di bawahnya, saya menuliskan "CATATAN PENGALAMAN PERNIKAHAN JARAK JAUH" Karena buku ini berdasarkan pengalaman saya menjalani pernikahan jarak jauh. Saya memberi penekanan khusus pada pelaku pernikahan jarak jauh di poin-poin tertentu karena menurut saya pernikahan jarak jauh memang membutuhkan special maintenance.
Dalam buku ini saya membahas tentang :
Suami saya mengatakan bahwa seharusnya saya juga sudah mulai menargetkan diri untuk menulis. Pada saat itu saya belum berpikir bahwa saya punya kemampuan untuk menulis sebuah buku. Namun ternyata kepenatan saya terhadap pekerjaan membuat saya semakin terpacu untuk mencari pelarian yang positif. Dan pelarian itu jatuh pada menulis sebuah buku, yang akhirnya saya beri judul "I WILL MARRY YOU WITH TERMS AND CONDITIONS". Buku ini saya selesaikan sekitar lebih dari satu bulan. Lantas saya mencoba mencari penerbit dan Allhamdulillah telat terbit buku saya pada 26 Februari 2020.
Sebenarnya apa saja yang saya tulis dalam buku ini?
Judul yang saya sematkan adalah "I WILL MARRY YOU WITH TERMS AND CONDITIONS" karena menurut saya ketika kita mengatakan "YESS" untuk menikah dengan seseorang, maka harus ada terms and conditions yang disepakati berdua yang berdasar kompromi dan diskusi bersama demi menuju pada tujuan pernikahan. Tujuan pernikahan adalah yang paling utama sebagai alasan kita menikah, karena untuk apa kita menikah jika tanpa tujuan.
Dalam Sub judul di bawahnya, saya menuliskan "CATATAN PENGALAMAN PERNIKAHAN JARAK JAUH" Karena buku ini berdasarkan pengalaman saya menjalani pernikahan jarak jauh. Saya memberi penekanan khusus pada pelaku pernikahan jarak jauh di poin-poin tertentu karena menurut saya pernikahan jarak jauh memang membutuhkan special maintenance.
Dalam buku ini saya membahas tentang :
- Paradigma Pernikahan Jarak Jauh (Apa saja isu-isu yang paling basis dari pernikahan jarak jauh yang biasannya rentan menjadi alasan gagalnya menjalani pernikahan jarak jauh. Saya memberikan prespektif lain dalam memandang paradigma ini)
- Bagaimana menyusun Visi dan Misi pernikahan untuk mencapai tujuan pernikahan, apa saja yang didiskusikan, bagaimana cara berkompromi dalam toleransi, bagaimana cara saling mendukung mengembangkan diri dan bagaimana membicarakan sex agar tidak tabu karena sex adalah kebutuhan pasangan yang cukup krusial untuk memelihara pernikahan
- Bagaimana mengelola keuangan, mengenali profil risiko kita dan pasangan
- Bagaimana membangun parenting yang solid agar menjadi orangtua yang membuat anaknya sama nyamannya ketika dengan ayah maupun dengan ibu.
- Dalam halaman terakhir saya menghadirkan statement para ahli untuk menyeimbangkan pendapat pribadi saya dengan pendapat secara keilmuan. siapakah mereka? berikut adalah para ahli yang membantu saya :
*Saya cukup merekomendasikan mereka berdua jika anda ingin berkonsultasi tentang keuangan dan tentang keluarga. Jasa Konseling mereka juga masih sangat kompetitif pastinya*
Buku ini saya harapkan dapat bermanfaat bagi pembacanya, karena belajar yang paling mudah adalah belajar dari pengalaman orang lain. Baik pengalaman yang baik maupun yang tidak baik. Pengalaman yang tidak baik membuat kita belajar agar lebih prepare agar tidak mengalami hal yang sama.
Saya memang bukan siapa-siapa, dan saya juga tidak merasa bahwa yang saya lakukan dalam mempersiapkan, memelihara dan mempertahankan pernikahan itu yang paling benar, bahkanpun saya juga tidak akan menjamin rumahtangga saya akan selalu baik-baik saja. Namun dengan berbagi dalam buku ini saya merasa setidaknya saya memberi makna untuk diri saya sendiri agar Tuhan menciptakan saya di dunia ini ada gunanya.
Terimakasih untuk teman-teman yang sudah berkenan membeli dan membaca buku saya ini, semoga buku ini bermanfaat bagi pembacanya. Jika anda berminat untuk membeli buku ini silahkan kontak admin pada 081515000213 atau langsung DM ke instagram saya @indriwijayaa
Langganan:
Postingan (Atom)