Bingung mau share darimana, tentang beberapa pikiran ajaibku (disebut ajaib karena dilingkungan societyku masih hal yang tabu untuk dibahas).
Yang jelas aku bener-bener besyukur aku dipertemukan dengan suamiku denny.
Suamiku yang hampir selalu bisa menerima dan mengakomodir pikiran-pikiran logisku yang buat orang lain masih tabu dan tricky.
Denny selalu bisa menerima pikiran itu sebagai hal yang bermaksud baik. Mungkin buat oranglain, pikiranku itu adalah pikiran yang “negative thingking terhadap takdir”
Tahun 2014 menjelang pernikahan, denny masih ditempatkan dikalimantan. Denny bekerja di perusahaan konstruksi yang penempatannya seluruh indonesia tergantung dimana proyeknya. Praktis aku dan denny akan hampir selamanya menjalani hubungan jarak jauh.
Banyak sekali orang yang menyampaikan kepadaku untuk berhati-hati. “Ati2 suaminya aneh-aneh jauhan apalagi dikalimantan” dan lain sebagainya
Secara perasaan sebenernya aku gak terusik sama sekali. Karena dari awal memang kami sudah komit untuk bisa menjalani kehidupan rumah tangga yang berjauhan. Kebetulan aku dan denny juga bukan tipe pasangan yang menaruh curiga satu sama lain.
Tapi berbeda SECARA LOGIKA.
Secara logika, akan ada anak diantara kami. Dan jika hal buruk yang dibicarakan orang itu terjadi...bagaimana nasib anakku???
Akhirnya aku memutuskan untuk mengajak denny membuat perjanian pranikah.
Bukan untuk pemisahan harta, karena kami tidak punya harta bawaan.
Melainkan perjanjian yang menyebutkan, jika salah satu dari kami selingkuh, maka anak, harta, penghasilan dll menjadi hak bagi mereka yang diselingkuhi. Supaya kelangsungan hidup anak kami terjamin.
Denny pun setuju. Tapi tidak dengan keluarga kami, yang menganggap perjanjian pranikah itu tabu. Yang aku dibilang berpikiran jelek terhadap denny lah dan lain sebagianya.
Akhirnya dengan bijak denny memberikan solusi, “udah, gak usah pake perjanjian pranikah, tapi semua aset kita nanti, atas namamu aja. Jadi kalo aku macem-macem, aku gak bisa jual juga...toh gajiku juga kamu yang pegang”
Kemudian aku menyetujuinya.
Belakangan waktu hotman paris lagi hits, sering kasih advice soal legal minds, dia pun menyarankan kepada wanita-wanita agar aset bersama diatasnamakan istri, atau minimal atas nama berdua. Karena posisi hukum wanita sangat lemah jika terjadi perceraian, apalagi kalo ada WIL.
Waktupun berlalu hingga denny memenuhi semua komitmennya 1 per 1
Kredit KPR dan kredit konsumtif pembelian mobil kami semua atas nama denny. Selain karena denny yang memiliki penghasilan lebih banyak daripada aku, sehingga lebih mudah mengajukan kredit besar, juga karena kalo denny gak ada lebih dulu, kredit itu tidak jadi bebanku.
Dilain pihak, aku sengaja mengikuti asuransi yang berjargon asuransi pendidikan. Dalam komponen asuransi itu. Ada premi dan ada kombinasi investasi berbasis unitlink.
Kalau aku meninggal duluan, uang pertanggungan asuransiku cair, sehingga bisa membantu denny menyekolahkan bita walau kecil nilainya. Tapi setidaknya membantu.
Tapi jika allhamdulillah kamu berdua diberi kesehatan dan umur panjang, maka kami bisa menikmati nilai investasinya untuk sekolah bita.
Temenku willys, yang paham betul tentang asuransi memberiku gambaran,
“Kalau ATM hidupmu tiba-tiba shutdown, siapa yang mau mengcover hidupmu sama bita?”
“Kalopun kalian berdua rajin nabung, kira-kira tabungan kalian sebanyak-banyaknya itu bisa gak buat biaya hidup sampek bita besar?”
“Satu-satunya jalan...ya yang berperan sebagai ATM HIDUP ini harus punya asuransi jiwa. Premi pertaunnya emang keliatan besar, tapi coba dibreakdwon bulanan. Paling cuma sebesar uang nonton+jajan kalian”
“Se begok-begoknya kamu gak bisa ngelola uang, gak bisa muter usaha. Uang Pertanggungan sebesar sekian M bisa kamu depositoin. Bunganya, masih bisa buat kamu lanjutin hidup”
“Kalo kamu mau cari investasi, ya main aja saham atau reksadana...jangan ngarep dari asuransi. Asuransi itu payung”
Aku mengangguk terus menerus mendengarkan penjelasan sahabatku ini.
Dan semua aku sampaikan kepada denny.
Sambil berpikir, ya iya masa aku aja rela ngeluarin uang buat premi asuransi mobil. Masa buat anakku gak.
Denny pun setuju menggeser sebagian investasinya di saham untuk membayar premi asuransi yang lumayan besar bagi kami.
Dalam hatiku merasa bersyukur punya suami yang ngerti maksudku apa, untuk apa, tanpa sekalipun punya pikiran picik bahwa aku bermaksud tidak baik.
Karena mungkin kami punya tujuan yang sama. Memberikan anak kami yang terbaik yang kami punya. Dan semampu kami yang kami bisa.
Lalu, tujuanku nulis ini apa???
- Jelas untuk bekal bita nanti dimasa depan, agar bita membuka mata dan pikirannya tidak tabu dalam hal seperti ini
- Supaya teman-teman yang membaca punya gambaran baru tentang kehidupan pernikahan. Bahwa pernikahan tidak hanya tentang tugas suami cari uang, tugas istri mengurus anak. Melainkan juga tentang memikirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang dampaknya adalah tentang kelangsungan hidup anak kita.
