Sabtu, 16 April 2016

Tentang pilihan wanita menjadi IRT/bekerja/berkarier???

Tentang kepenatan saya hari ini, kepala mau meledak rasanya menyiapkan dokumen yang akan di periksa OJK.

Saya harus segera menyingkirkan kepenatan ini, dengaaaaannn nonton misalny??? Tapiii sudah 2x hari sabtu saya berkutat dengan urusan kantor , rasanya sayang sekali mengurangi waktu bersama bita. Akhirnya saya memutuskan menulis....

Kali ini saya akan menulis tentang pilihan wanita menjadi ibu rumah tangga / bekerja / atau berkarier.

Memilih apapun itu, semua akan dijalani dengan nyaman asal itu pilihan kita sendiri, bukan keterpaksaan.

Contoh : passionnya kerja, tapi dilarang suami akhirnya terpaksa jadi ibu rumah tangga

Passionnya ibu rumah tangga, tapi finansial butuh di dukung akhirnya terpaksa berkarier

Dan lain lain.

Sedang saya sendiri, ada ditengah-tengah dua pilihan itu. Sayang ingin memiliki dunia kerja tapi juga ingin total untuk anak saya. Sehingga pilihan saya adalah bekerja tanpa berkarier.

Didunia perbankan itu ada beberapa golongan pensiun yaitu 36,46 dan 56. Kebetulan pun saya masuk golongan yang 46, sehingga bagi saya pas, ketika pensiun adalah saat saya untuk mengikuti suami dimanapun dia ditempatkan nanti.lagipula jika ingin mengejar yang 56, saya harus berkarier. 

Kantor bagi saya adalah rumah kedua, tempat saya bersosialisasi, berekspresi dan eksistensi.

Jelas karena dirumah saya harus berperan sebagai kepala rumah tangga bagi bita dan pengasuhnya, dan sebagai ibu yang merangkap ayah bagi bita. Karena papanya jauh.
Saya harus menjadi figure yang tenang, bijaksana dan bisa mengatur emosi dirumah.

Sedang dikantor....saya menjadi pribadi yang periang, ramai, yang bisa berekspresi melepas peran saya dirumah yang sangat protagonis.

Selain tempat bersosialisasi secara nyata (tidak hanya sosialisasi tabu di sosial media), kantor memberi saya penghasilan yang bisa membuat saya bergerak lebih bebas untuk memiliki pilihan membeli barang tersier atau bahkan primer dengan standart sesuai yang saya mau.

Beli apa-apa tidak perlu banyak ijin dari suami, bebas. Apalagi saya saat ini memiliki anak perempuan yang rasanya ingin saya belikan barang-barang lucu yang mungkin bapaknya tidak paham.

Itu kebahagiaan kecil, suami saya tidak bisa membedakan labu kabocha dan butternut pumpkin untuk mpasi, dan ketika saya kasih liat di supermarket, komentarnya "gilak labu apaan 1 labu 90ribu (butternut pumpkin)"

Dengan memiliki penghasilan sendiri, saya bebas, membeli kabocha atau butternut pumpkin , tanpa harus mendengarkan komentar suami saya, hehe.

Dengan memiliki penghasilan sendiri, saya bebas membeli jam warna camel, walau saya punya jam warna coklat yang bagi laki-laki 2 warna itu mungkin sama.

Merayakan "bebas memilih" tanpa harus mendengarkan celotehan suami ,apa lantas menbuat saya lupa ada hak bayi yang juga tanggungjawab saya?

Tidak! Hak bita pada pertama-tama kehidupannya adalah concern saya (asi, mpasi who, stimulasi motorik) , dan life goals saya adalah menjadikan bita anak yang berdaya di masa depannya dengan bimbingan saya. itulah kenapa nurani saya selalu mengingatkan saya untuk tidak berkarier, karena karier mau tidak mau akan menguras pikiran dan waktu lebih dari sekedar ibu pekerja biasa seperti saya.

Tapi bagi ibu-ibu yang memilih karier? Ya tidak ada salahnya. Hidup itu yang paling membahagiakan ketika kita punya banyak pilihan dan bebas memilih , kalau mereka memilih berkarier yaaaaa pasti dengan pertimbangan mereka dan background mereka sendiri.

Kebetulan kalau suami saya, menganggap saya lebih kritis ketika memiliki lingkungan sosial nyata (bukan hanya sosial media) , yang artinya dengan saya memiliki pergaulan di kantor (bersosialisasi), keinginan belajar saya tentang banyak hal lebih tinggi.

Jadi ibu rumahtangga/berkarier/sekedar bekerja??? Monggo bebas pilih yang mana , mana yang terbaik yang tau itu yang menjalani :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar