Banyak yang harus dikorbankan
Yahhhh, kalo aku bikin caption gini terus dibaca mamaku ,pastilah mamaku bakal ngomel tuh…
Pasti bakal bilang aku gak iklas berkorban buat keluarga kecilku, hahahaha.
Tapiii yahhhh, terlintas dipikiranku pengen nulis ini .
Sebelumnya misi banget , yang pada nanyain “kapan hamil” bantuin apa yahhhhh abis kita lahiran???
Nyumbang beliin pampers apa nyumbang kambing aqiqahgitu???? Hahaha
Setelah melewati fase “ BABY BLUES SYNDROME” yang mengerikan , aku mulai terus belajar
“jadi ibu itu sosok yang seperti apa sih”
“jadi ibu itu kewajibannya ngapain aja sih”
Jadi ibu itu hak nya apa sih”
Anddd thennnnnn , my result is “jadi ibu adalah pengorbanan”
Buset deh, baru kemarin sore jadi ibu , udah sok amat yeeeeekasih result , padahal yang udah jadi ibu puluhan tahun aja diem baeeee.
Yahhh , emang aku bahas pengorbananya sesuai dengan level yang aku pijak kok, belum nyampe ke yang jauh-jauh .
Raise a child is wonderful yet stressful .
Pengorbanan terbesarku saat ini bukan tentang bangun malam yang sangat mengganggu waktu tidurku untuk menyusuinya ,bukan tentang perjuanganku dalam hal mengumpulkan ASIP untuknya , bukan juga tentang presentase pendapatanku dan suami yang harus tergerus untuk kenyamanan hidupnya .
Tapi tentang hobiku yang harus aku singkirkan , hal yang membuatku merasa hidup , hal yang kujadikan charge ketika pikiran suntuk. Yaitu agenda menonton film , baik di dvdmaupun di bioskop.
Aku hampir tidak bias hidup tanpa menonton film , hidupku hampa tanpa nonton film.
Gak di apelin suami sampai 3bulan aku masih bisa, asal ga absen menonton film
Aku sampe nangis kejer waktu habis lahiran didepan suamiku ,“aku pengen nontooooooon”.
Tapi keadaan gak memungkinkan , karena waktu itu aku belum punya sitter yang mengurus bita .
Lebih dari 3bulan , sampai akhirnya hari sebelum aku masuk kantor lagi , suamiku mengajakku nonton , dan saat nonton dibioskop itu , hatiku rasanya bahagiaaaaaa banget , kayak ABG yang balikan sama mantan . jeilehhh
Mungkin sekarang setelah bita punya sitter aku bisa leluasa weekend ke bioskop , tapiiiiiiii…..
Bita adalah bayi yang sangat sangat sangat lovable
Bita hampir tidak pernah menangis di kesehariannya , kecuaLi dia haus dan sitternya telat manasin ASIP alias gak bisa nahan laper.
Bita lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bercanda , ngoceh , tertawa , dan selebihnya tidur
Bita bukan bayi gendongan , sehingga menidurkannya cukup dengan puk-puk , bahkan kadang dia tertidur sendiri tanpa harus di puk-puk
Bita bukan bayi gendongan , sehingga mengajak bita pergi sangat praktis karena bita nyaman duduk di carseat , bahkan sering tertidur , asalll jangan sampai bita kelaperan di car seat , karena bita gak bisa nahan laper.
Bita pun gak nangis saat tiba waktunya mulut dan lidahnya "diogok-ogok" untuk dibersihkan
Bita bukan bayi yang rewel , ketika beberapakali disuntik imunisasi dia tidak pernah menangis , hanya sekali berteriak , digendong sebentar ditenangkan , dia kembali tenang .
Bita bayi yang mandiri, dia akan mencari sendiri posisi nyamanketika berada dikasur , tanpa menangis. Ketika tidak ingin memakai bantal , pelan-pelan dia “usrek-usrek” badan dan kepalanya terlepas dari bantal (besar) yang biasanya akupakaikan di usianya yang baru 3bulan
Bita bayi yang betah tidur di stroller ditengah riuhnya suasana mall, sehingga orang tuanya bisa tetap nyaman makan pizza hut bersanding disebelah strollernya.
Jadi bagaimana aku bisa tegaaaaaa, meninggalkan bita disaat weekend hanya untuk nonton film padahal aku setiap hari pulang menjelang magrib dan papanya hanya pulang 1bulan sekali.
Bita tidak pernah merepotkanku, bita sangat mengerti mamanya adalah single fighter dan papanya pun super fighter. Aku tidak ingin dalam hatinya terbesit pikiran “aku udah gak ngrepotin kok masih aja gak dikasih perhatian” oh nopeeeeeee….i hope you grow with much of love from us .
Terus aku bertanya dalam hati , apa iya aku mau seneng sendiri, sedangkan aku bekerja jauh dari suamiku dan bersedia ketemu hanya 1bulan sekali itu tujuannya AGAR ANAK KITA HIDUPNYA NYAMAN , ehhh malah jadi gak nyaman karena orangtuanya egois.
Bagaimana aku bisa tega, pesan-pesanku kepadanya saat dia masih didalam kandungan ,benar-benar dia simak dan lakukan , yaitu tentang berusaha tidak merepotkan dari dikandungan sampai detik ini karena mamanya yang apa-apa sendiri
Menjadi ibu adalah pengorbanan meninggalkan keegoisan.
Weekend menjadi hari yang ku tunggu untuk bercengkrama dengan bita, walau kadang nyesek liat jadwal film udah baru-baru lagi. Mungkin bagi orang lain ini berlebihan , tapi bagiku nonton film adalah bagian dari hidup.
Mungkin hidupku sekarang tidak seseru mereka yang masih bisa hangout sampai larut malam, atau berlibur sampai ujung nusantara ,
Hidupku hanya sebagai ratu kecil bersama raja kecil yang akan membangun keluarga kecilnya bersama putri kecil sesuai dengan visi dan misi yang kami miliki . sesuai dengan level kemampuan kami baik financial maupun keilmuan yang kami miliki tanpa berusaha “memaksakan” keadaan menjadi tampak lebih meriah.
Pun bukan berarti aku dan suamiku menjadi keluarga yang terisolasi dari dunia luar, aku dan suamiku tetep lah yaaaa jalan-jalan berduaaaaa kalo dia lagi ngapellll, masa ya suami pulang kita sebagai istri gak minta diseneng-senengin ,hahahaha.
Yang kami jalani dan pelajari adalah menjadi sebaik-baiknya peran kami masing-masing.
Peran sebagai suami
Peran sebagai istri
Dan peran sebagai orangtua.