Sabtu, 29 November 2014

Perlukah menyusun resolusi ???

Perlukah menyusun resolusi ???

Well , tahun 2014 udah mau abis , cepet bangettt , udah nyusun resolusi 2015 belum???

Some people said “resolusi” is BULSHIT .

Tapi tidak menurutku , karena aku selalu nyusun resolusi setiap tahun , dan Allhamdulillah sebagian dari resolusi ku banyak tercapai setiap tahunnya .
So, bagaimana resolusi itu bisa terwujud ?? let me tell youuu , menurut pengalamanku lo ya.

Oke , sejak kapan aku mulai menyusun resolusi , dan resolusi apa yang aku susun pertama kali ??

Ceritanya emang agak “weird” haha!! Jadi gini , aku di kasih fasilitas sama mamaku langganan majalah sejak kecil . Bobo , donal bebek , aneka yess , kawanku , gadiz , dan go girl adalah majalah yang mendarat setiap bulan di kamarku dari tahun ke tahun sampai aku kuliah . mamaku juga langganan majalah wanita , yang banyak aku baca juga waktu aku SMP-SMA , yang membuka wawasanku tentang kehidupan orang dewasa secara positif tentunya .

Kamarku dikasih fasilitas TV , baru setelah aku SMA , setelah aku dianggap cukup menyaring hal baik dan tidak baik dari tv . (jamanku ABG belom booming internet yah , jadi wawasan dan pengetahuan masuknya dari apa yang kita tonton dan apa yang kita baca. Dan itu cukup aman untuk ABG jaman dulu , karena dimajalah lebih banyak hal positifnya daripada negativnya)

Dari majalah2 itu mindset dan polapikirku terbetuk , selain dari didikan orangtuaku tentunya . di majalah kan kalo akhir tahun selalu didorong untuk nyusun resolusi tuh sepaket sama bonus agenda biasanya , selain itu di majalah banyak artikel yang mencontohkan  yang hubungannya sama sebab akibat . 

Nah , langsung aja , kapan pertama kalinya aku menyusun resolusi dan mencoba bikin resolusi??

Waktu itu aku masih SMP , aku baca majalah mamaku , dan ada artikel ini :

·         PEREMPUAN USIA 14-17 TAHUN CARI PASANGAN YANG MODAL TAMPANG/POPULER
·         PEREMPUAN USIA 18-20 TAHUN CARI PASANGAN YANG BISA MEMBERI VALUE
·         PEREMPUAN USIA 21-24 TAHUN CARI PASANGAN YANG BERTANGGUNG JAWAB DENGAN MASA DEPANNYA
·         PEREMPUAN USIA 25-28 TAHUN CARI PASANGAN YANG BISA MENJAMIN KEHIDUPAN LAYAK BAGI KELUARGANYA
·         PEREMPUAN USIA 30 KE ATAS MULAI TIDAK BISA MEMILIH

Itu menurut majalah lo ya , dan aku yang saat itu masih SMP kelas 2 dan JOMBLO , langsung tuh aku itung umurku ikut kategori perempuan yang mana, dan besoknya aku langsung minta temenku nyomblangin aku sama cowok yang pergaulannya lebih luas dari pergaulanku yang udah suka sama aku dari aku SD , tapi dulu gak aku tanggepin.hahahahaha , pret ah!!

Then setiap 2tahun aku mengevaluasi hubunganku dengan pacarku dan kembali menyusun resolusi , apakah pacarku bisa maju ke step berikutnya apa gak .
kalo gak yaaa gak akan lanjut ,karena itu akan menggerus kesempatanku untuk dapet cowok yang sesuai standart umurku dari masa ke masa , gila ya se-terkonsep itu lo , cuma gara2 baca artikel di majalah hahaha

kenapa segitunya? Ya karena kalo kita berada di hubungan yang “gak pasti” yang rugi itu pihak wanitanya , itu yang aku saring dari artikel itu .  untung pacarku yang terakhir yang sekarang jadi suamiku , bisa ngikutin perkembangan umurku , jadi bisa bertahan 5tahun dan nikah , namanya juga jodoh , pasti Tuhan mempermudah.

Jadi pas aku SMP sampe SMA , aku ngalami tuh di boncengin pacarku dan tiap perempatan  ada yang manggil doi . pas Kuliah , aku ngalamin dikatain gunting majalah pas nunjukin foto pacarku ke temenku , atau tinggal tunjuk mau beli apa di mol , dan pas udah kerja aku ngalamin bangga punya pacar yang bertanggung jawab sama masa depannya sendiri dan pekerja keras .

Nah , selain dari artikel majalah , jelas factor lainnya adalah dari didikan orangtuaku , yang mayan disiplin kalau masalah apa yang boleh di lakukan dan apa yang gak boleh ,ngasih banyak contoh hasil kehidupan yang tanpa perencanaan atau tanpa rem .

Aku gak bisa mendeskripsikan detailnya cara ortuku mendidikku , yang jelas :

hasil didikan ortuku + berbagai artikel dimajalah + kehidupan orang disekitarku = aku menjadi orang yang ingin mengetahui kehidupan orang lain , bukan untuk ku gunjingkan tapi untuk diambil hikmahnya dan aku pelajari kedepannya .

nah , dari banyak ambil hikmah itu dimanapunnnnnnn , hasil pemikiranku ini :

aku bicara sama diriku sendiri : “heh, masa depanmu tuh ditanganmu sendiri , karena kamu bukan anak orang kaya yang ortunya bisa nurunin kerajaan bisnis yang bikin kamu gak perlu cari kerja , yang ortunya punya kerajaan bisnis aja anaknya harus punya skill supaya bisnisnya tetep eksis. Boleh nakal , kalo udah ketemu orang yang bisa ngeramal dengan pasti kalo masa depanku terjamin baik”  (hahaha , sekeras itu aku sama diriku sendiri )

Jadi anak yang tidak bertanggung jawab akan menjadi kenangan manis kalau masa depan kita ternyata cerah , tapi akan jadi kenangan buruk yang kita sesali kalau kita gak jadi orang , bahkan untuk menceritakan ke anak kita pun malu.

Jadilah aku ketakutan masa depanku gak mulus (karena terlalu banyak contoh dikehidupan orang yang aku liat baik dari artkel dimajalah maupun di keluarga besarku atau di lingkungan lain) , aku mulai menyusun goal setting tentang hidup , menyusun resolusi setiap tahun atau setiap bertambahnya umur.

Dan tentunya aku membentuk diri menjadi orang yang seperti apa , dan terutama yang paling harus aku tau adalah “APA AJA YANG HARUS AKU JAGA AGAR DI MASA DEPAN AKU GAK MENYESAL” .

Jadi dimajalah kan banyak kisah yah , yang inti benang merahnya adalah sebab akibat , begitupun kehidupan orang lain , semua gak lepas dari sebab akibat . dari situ aku membentuk diriku sendiri , missaaaal :

Sebab : pacaran lama padahal udah sering diselingkuhin atau di kasarin tapi tetep aja dipertahanin
Akibat : ya akan membuang2 waktu dan kesempatan untuk dapet laki2 yang baik , karena kita gak membuka hati dan pikiran kita buat orang lain .

Aku bukan tipe orang yang “oke aku jalanin dulu yang ada didepan mata , pasrah dengan keadaan” Bukannn, aku bukan tipe seperti itu , aku menikmati semua proses yang berjalan , tapi tidak seimbang dengan otak yang terus memikirkan goal setting untuk setiap tahapan hidup kedepannya . iya , aku gak sesantai apa yang terlihat dari luar .

Jadi , aku mulai serius menyusun resolusi itu tahun 2008 , pada saat itu umurku 19tahun . aku mikir , pokonya umur 20 aku harus udah mencapai titik goal seseuai usiaku . (maksudnya gak Cuma urusan cinta tapi juga masalah masa depan).

waktu itu aku punya pacar , yang udah aku pacarin sejak tahun 2006 , seperti biasa , aku mulai mengevaluasi hubku dengan dia , karena menurutku kedepannya aku gak akan cocok  dan mindset kita berdua jelas berseberangan , akhirnya putus .

 Waktu itu cowok yang aku cari yaa yang kuliahnya bener , tanggung jawab sama diri sendiri dan sekolahnya , dan satu visi sama aku . udah aku dah gak mikir , pacarku tu anak siapa , pake mobil apa gak , bisa ngajak tiap minggu ke bioskop atau kencan di cafĂ© apa gak (untuk point ini sebagai mahasiswa adalah hal istimewa ya) .
Aku dah siap kalau kehidupan pacaranku udah gak kayak sama mantanku yang isinya yaaa gitulahhhh  foya2.

Yang aku pikirin adalah tentang bagaimana pacarku selanjutnya sebagai seorang personal aja , siap gak sama masa depan yang gak pasti , dan dengan ketidak pastian itu harus di pastikan dengan usaha dan tanggung jawab .

Itu poin pertama resolusiku tahun 2008 , poin ke 2 , ya aku mulai gak bolos2 kuliah , walaupun tugas masih aja nyontek , hahaha . pokonya aku harus lulus tahun 2010 , pas 3tahun kuliah .

Well singkatnya aku mulai nyusun lagi resolusiku tahun 2010 . gak perlu ku jabarin lah ya resolusi2ku tahun- pertahun , intinya banyak banget yang tercapai tapi harus pake perjuangan dan penantian, sedikit yang tercapai tanpa perjuangan tapi karena keberuntungan , dan ada juga yang belum tercapai sama sekali.

Hidup itu penuh kejutan , kadang yang kita rencanakan tidak sesuai , malah yang gak kita rencanakan kejadian .

Kadang alam bercanda dengan kita , kata2 yang tidak sengaja terucap menjadi nyata , padahal kita tidak sampai berpikir bahwa hal itu akan di wujudkan oleh alam.


Kadang alam bercanda dengan kita , doa yan setiap solat terucap justru tidak kunjung dijawab melainkan diberikan rejeki lain yang hampir tidak kita duga .

Tapi nyusun resolusi itu bahkan sama sekali ga ada ruginya . emang kadang karena kita punya resolusi (sesuatu yang kita kejar) , menjadikan kita gak menikmati apa yang orang lain nikmati . ya karena resolusi tiap orang lain2 .

Contoh aja nih , resolusiku umur 22 tahun , karena aku gak ketrima s1 di kampus yang aku targetin , jadilah aku bikin resolusi untuk kerja . pada akhirnya temen2ku lain udah lulus s1 , aku beluummm , tauk nih s1ku kelarnya kapan .

Contoh lagi , karena aku dan pacarku (sekarang suamiku)  punya resolusi untuk punya asset yang terlihat dengan belajar kredit kendaraan roda empat supaya pendapatan/gaji kita keliatan hasilnya, setidaknya dimata kita berdua (ini target pas umur 23tahun) , bikin kita gak bisa kayak temen2 kita yang lain yang bisa jalan2 terus keluar pulau bahkan keluar negri . karena angsuran kredit kita kalo dijumlahin setaun ya bisa buat umroh berdua .

Menyesal?? Nope !! karena apa yang aku jalani sesuai perencanaan dan dan sudah dipikirkan dengan matang . dan begitupun orang lain dengan resolusi mereka masing2 .

Dan tapi bukan berarti juga , orang dengan pemikiran yang menurut suamiku terlalu saklek terhadap planning ini gak punya sisi negative . karena sifatku yang terlalu keras terhadap resolusi , kadangan membuatku “stress” kalo resolusi yang aku susun gak sesuai rencana .Stress yang aku alami , gak jarang sampai bikin aku susah tidur .

Aku inget setelah menikah , program pertama kami adalah membangun rumah tanggaku di solo , jelas tujuan ini mencakup banyak rencana.sehingga doa yang ku panjatkan setiap solat adalah yang hubungannya sama perencanaan2 itu .nah karena ternyata Tuhan Yang Maha Tau mana yang lebih baik didahulukan , memutuskan aku dikasih hamil lebih dulu , jadi program utama kita itu mundur dulu deh , sambil terus berdoa dan berusaha , berharap bisa berjalan beriringan .

See? Hidup penuh dengan kejutan , dan Tuhan tau apa yang terbaik bagi umatnya. Kembali lagi hidup emang penuh kejutan .

Bersyukur karena mendapat sesuatu yang hanya Dia yang bisa memberikan?PASTI . Galau karena merasa belum bisa mewujudkan program utama , siap atau gak siap? PASTI . hati rasanya campur aduk .

Gak terasa pembahasan dengan suami yang tadinya perencanaan skema kredit kepemilikan rumah , berubah jadi tentang parenting , berubah menjadi pembahasan tentang bagaimana mendidik anak supaya dia bisa bertanggung jawab atas hidupnya sendiri nantinya .

Gak terasa keadaan memaksa kita untuk mikir “udah jalani aja dulu sesuai prosesnya , hidup gak melulu harus sesuai yang direncanakan” . Dan buatku itu BERAT .

Mungkin untuk hidup dengan gaya hidup yang sesuai standart kantong , AKU BISA BANGET . Tapi untuk hidup dibawah standart resolusiku sendiri?? Itu sulit banget ku terima. kenapa sulit ku terima? sebab apa yang jadi resolusiku sudah ku ukur sesuai kemampuan dan standar potensiku , jadi resolusiku gak akan tampak seperti langit ke tujuh yang akan sulit di gapai , karena sebelum menentukan resolusi ya aku ngaca dulu ,siapa guwehhhh gitu . makanya kalo resolusi gak tercapai , aku bisa sampe stress yang menganggu pola tidurku , dan itu gak sehat .

Jadi saatnya mengambil kesimpulan , perlu gak sih menyusun resolusi ???

Resolusi tetap penting , setidaknya dengan punya resolusi kita punya tujuan hidup yang kita kejar . dengan mengetahui yang kita kejar , kita punya focus dalam menjalani kehidupan .

Kadang kalau tanya sama diri sendiri maunya apa , yah jawabannya standar pengen punya suami yang baik , pengen nikah , pengen punya rumah , pengen punya mobil , pengen jalan2 ke eropa dll , tapi gak tau kapan dan bagaimana ngewujudinya , dan paling berbahaya kita akan terjebak standar tanpa tau batas toleransinya .

apa itu batas toleransi? batas toleransi ya itu tadi , hasil dari kita koreksi diri , "ngaca" kita nih levelnya ya level angka 6 , jangan ngarep yang level 8 , tapi tanpa memantaskan diri . setelah kita tau kwalitas diri kita , kita jadi bisa menetapkan batas toleransi kita . 

contoh dalam kasusku : aku sadar diri kalo aku cuma lulusan d3, jadi waktu cari kerja , ya aku menetapkan batas toleransi kalo aku gakpapa kerja dengan standar gaji dibawah s1, yang penting kerja . ehhh kebetulan Tuhan memberikan keberuntungan , ijazahku bisa masuk bersaing dengan yang lulusan s1 . itu kebetulan. dan jangan salah aku pernah kerja di apartemen yang gajinya bahkan gak ada separo dari gajiku sekarang .

kebetulan aku punya temen cowok yang selalu cerita apapun tentang hidupnya sama aku , dan dia penakluk wanita, gak pernah ditolak cewek , pas lulus kuliah , dia minta pendapatku tentang mencari kerjaan . aku jawab , "ketika kamu lulus kuliah, sainganmu dapet kerja itu gak cuma puluhan , ribuan....jadi tempatkanlah posisimu sebagai cowok yang bener2 gak laku , jadi kalo ada yang mau sama kamu , kamu harus nerima setidaknya buat pengalaman, sukur2 ada yang mau sama kamu." dannnnnnnnnn bener, dia nerima kerja awalnya posisi masih pegawe outsourcing, pokoknya ngisi cv dulu , tapi lama2????posisinya udah enak sekarang , dan dia orang paling sukses di sekitar lingkungan mainnya . great job !! 

tapi buruknya kalo kita terlalu serius sama resolusi ya itu , kalau berlebihan ……. Bisa kayak aku “stress sampe menganggu tidur kalo resolusi gak terwujud” hahahahahaha .

Jadi semuanya akan lebih baik kalau balance , resolusi ada , kematangan acceptasi atas keadaan juga tinggi .

Seperti kata suamiku , aku adalah orang yang terlalu realistis dan logis yang membuatku terlalu kaku sehingga yang ada aku menjadi orang yang pesimis terhadap masa depanku sendiri , dan jelas itu gak baik .

Well , semua ada ditanganmu , apakah hidupmu sudah sangat dipenuhi keberuntungan sehingga kamu gak butuh resolusi ?? silahkan .

Apakah kamu pernah gagal dimasa lalu , atau belajar dari kegagalan orang lain maka kamu butuh resolusi??

Atau kamu gak peduli masa depanmu seperti apa???
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar