Perlukah
menyusun resolusi ???
Well
, tahun 2014 udah mau abis , cepet bangettt , udah nyusun resolusi 2015
belum???
Some
people said “resolusi” is BULSHIT .
Tapi
tidak menurutku , karena aku selalu nyusun resolusi setiap tahun , dan
Allhamdulillah sebagian dari resolusi ku banyak tercapai setiap tahunnya .
So,
bagaimana resolusi itu bisa terwujud ?? let me tell youuu , menurut
pengalamanku lo ya.
Oke
, sejak kapan aku mulai menyusun resolusi , dan resolusi apa yang aku susun
pertama kali ??
Ceritanya
emang agak “weird” haha!! Jadi gini , aku di kasih fasilitas sama mamaku
langganan majalah sejak kecil . Bobo , donal bebek , aneka yess , kawanku ,
gadiz , dan go girl adalah majalah yang mendarat setiap bulan di kamarku dari
tahun ke tahun sampai aku kuliah . mamaku juga langganan majalah wanita , yang
banyak aku baca juga waktu aku SMP-SMA , yang membuka wawasanku tentang
kehidupan orang dewasa secara positif tentunya .
Kamarku dikasih fasilitas TV , baru setelah aku SMA , setelah aku dianggap cukup
menyaring hal baik dan tidak baik dari tv . (jamanku ABG belom booming internet
yah , jadi wawasan dan pengetahuan masuknya dari apa yang kita tonton dan apa
yang kita baca. Dan itu cukup aman untuk ABG jaman dulu , karena dimajalah
lebih banyak hal positifnya daripada negativnya)
Dari
majalah2 itu mindset dan polapikirku terbetuk , selain dari didikan orangtuaku
tentunya . di majalah kan
kalo akhir tahun selalu didorong untuk nyusun resolusi tuh sepaket sama bonus agenda
biasanya , selain itu di majalah banyak artikel yang mencontohkan yang hubungannya sama sebab akibat .
Nah
, langsung aja , kapan pertama kalinya aku menyusun resolusi dan mencoba bikin
resolusi??
Waktu
itu aku masih SMP , aku baca majalah mamaku , dan ada artikel ini :
·
PEREMPUAN
USIA 14-17 TAHUN CARI PASANGAN YANG MODAL TAMPANG/POPULER
·
PEREMPUAN
USIA 18-20 TAHUN CARI PASANGAN YANG BISA MEMBERI VALUE
·
PEREMPUAN
USIA 21-24 TAHUN CARI PASANGAN YANG BERTANGGUNG JAWAB DENGAN MASA DEPANNYA
·
PEREMPUAN
USIA 25-28 TAHUN CARI PASANGAN YANG BISA MENJAMIN KEHIDUPAN LAYAK BAGI
KELUARGANYA
·
PEREMPUAN
USIA 30 KE ATAS MULAI TIDAK BISA MEMILIH
Itu
menurut majalah lo ya , dan aku yang saat itu masih SMP kelas 2 dan JOMBLO ,
langsung tuh aku itung umurku ikut kategori perempuan yang mana, dan besoknya
aku langsung minta temenku nyomblangin aku sama cowok yang pergaulannya lebih
luas dari pergaulanku yang udah suka sama aku dari aku SD , tapi dulu gak aku
tanggepin.hahahahaha , pret ah!!
Then
setiap 2tahun aku mengevaluasi hubunganku dengan pacarku dan kembali menyusun
resolusi , apakah pacarku bisa maju ke step berikutnya apa gak .
kalo
gak yaaa gak akan lanjut ,karena itu akan menggerus kesempatanku untuk dapet
cowok yang sesuai standart umurku dari masa ke masa , gila ya se-terkonsep itu
lo , cuma gara2 baca artikel di majalah hahaha
kenapa segitunya? Ya karena kalo kita berada di hubungan yang “gak pasti” yang rugi itu pihak wanitanya , itu yang aku saring dari artikel itu . untung pacarku yang terakhir yang sekarang jadi suamiku , bisa ngikutin perkembangan umurku , jadi bisa bertahan 5tahun dan nikah , namanya juga jodoh , pasti Tuhan mempermudah.
Jadi pas aku SMP sampe SMA , aku ngalami tuh di boncengin pacarku dan tiap perempatan ada yang manggil doi . pas Kuliah , aku ngalamin dikatain gunting majalah pas nunjukin foto pacarku ke temenku , atau tinggal tunjuk mau beli apa di mol , dan pas udah kerja aku ngalamin bangga punya pacar yang bertanggung jawab sama masa depannya sendiri dan pekerja keras .
Nah
, selain dari artikel majalah , jelas factor lainnya adalah dari didikan
orangtuaku , yang mayan disiplin kalau masalah apa yang boleh di lakukan dan
apa yang gak boleh ,ngasih banyak contoh hasil kehidupan yang tanpa perencanaan atau tanpa rem .
Aku
gak bisa mendeskripsikan detailnya cara ortuku mendidikku , yang jelas :
hasil didikan ortuku
+ berbagai artikel dimajalah + kehidupan orang disekitarku = aku menjadi orang
yang ingin mengetahui kehidupan orang lain , bukan untuk ku gunjingkan tapi
untuk diambil hikmahnya dan aku pelajari kedepannya .
nah
, dari banyak ambil hikmah itu dimanapunnnnnnn , hasil pemikiranku ini :
aku
bicara sama diriku sendiri : “heh, masa depanmu tuh ditanganmu sendiri , karena
kamu bukan anak orang kaya yang ortunya bisa nurunin kerajaan bisnis yang bikin
kamu gak perlu cari kerja , yang ortunya punya kerajaan bisnis aja anaknya
harus punya skill supaya bisnisnya tetep eksis. Boleh nakal , kalo udah ketemu
orang yang bisa ngeramal dengan pasti kalo masa depanku terjamin baik” (hahaha , sekeras itu aku sama diriku sendiri
)
Jadi
anak yang tidak bertanggung jawab akan menjadi kenangan manis kalau masa depan
kita ternyata cerah , tapi akan jadi kenangan buruk yang kita sesali kalau kita
gak jadi orang , bahkan untuk menceritakan ke anak kita pun malu.
Jadilah
aku ketakutan masa depanku gak mulus (karena terlalu banyak contoh dikehidupan
orang yang aku liat baik dari artkel dimajalah maupun di keluarga besarku atau
di lingkungan lain) , aku mulai menyusun goal setting tentang hidup , menyusun
resolusi setiap tahun atau setiap bertambahnya umur.
Dan tentunya aku
membentuk diri menjadi orang yang seperti apa , dan terutama yang paling harus aku tau adalah “APA AJA YANG HARUS AKU JAGA AGAR DI MASA
DEPAN AKU GAK MENYESAL” .
Jadi
dimajalah kan
banyak kisah yah , yang inti benang merahnya adalah sebab akibat , begitupun
kehidupan orang lain , semua gak lepas dari sebab akibat . dari situ aku
membentuk diriku sendiri , missaaaal :
Sebab
: pacaran lama padahal udah sering diselingkuhin atau di kasarin tapi tetep aja
dipertahanin
Akibat
: ya akan membuang2 waktu dan kesempatan untuk dapet laki2 yang baik , karena
kita gak membuka hati dan pikiran kita buat orang lain .
Aku
bukan tipe orang yang “oke aku jalanin dulu yang ada didepan mata , pasrah dengan
keadaan” Bukannn, aku bukan tipe seperti itu , aku menikmati semua proses yang
berjalan , tapi tidak seimbang dengan otak yang terus memikirkan goal setting
untuk setiap tahapan hidup kedepannya . iya , aku gak sesantai apa yang
terlihat dari luar .
Jadi
, aku mulai serius menyusun resolusi itu tahun 2008 , pada saat itu umurku
19tahun . aku mikir , pokonya umur 20 aku harus udah mencapai titik goal
seseuai usiaku . (maksudnya gak Cuma urusan cinta tapi juga masalah masa
depan).
waktu
itu aku punya pacar , yang udah aku pacarin sejak tahun 2006 , seperti biasa ,
aku mulai mengevaluasi hubku dengan dia , karena menurutku kedepannya aku gak
akan cocok dan mindset kita berdua jelas
berseberangan , akhirnya putus .
Waktu itu cowok yang aku cari yaa yang
kuliahnya bener , tanggung jawab sama diri sendiri dan sekolahnya , dan satu
visi sama aku . udah aku dah gak mikir , pacarku tu anak siapa , pake mobil apa
gak , bisa ngajak tiap minggu ke bioskop atau kencan di café apa gak (untuk
point ini sebagai mahasiswa adalah hal istimewa ya) .
Aku
dah siap kalau kehidupan pacaranku udah gak kayak sama mantanku yang isinya
yaaa gitulahhhh foya2.
Yang aku pikirin
adalah tentang bagaimana pacarku selanjutnya sebagai seorang personal aja ,
siap gak sama masa depan yang gak pasti , dan dengan ketidak pastian itu harus
di pastikan dengan usaha dan tanggung jawab .
Itu
poin pertama resolusiku tahun 2008 , poin ke 2 , ya aku mulai gak bolos2 kuliah
, walaupun tugas masih aja nyontek , hahaha . pokonya aku harus lulus tahun
2010 , pas 3tahun kuliah .
Well
singkatnya aku mulai nyusun lagi resolusiku tahun 2010 . gak perlu ku jabarin
lah ya resolusi2ku tahun- pertahun , intinya banyak banget yang tercapai tapi
harus pake perjuangan dan penantian, sedikit yang tercapai tanpa perjuangan tapi
karena keberuntungan , dan ada juga yang belum tercapai sama sekali.
Hidup
itu penuh kejutan , kadang yang kita rencanakan tidak sesuai , malah yang gak
kita rencanakan kejadian .
Kadang
alam bercanda dengan kita , kata2 yang tidak sengaja terucap menjadi nyata ,
padahal kita tidak sampai berpikir bahwa hal itu akan di wujudkan oleh alam.
Kadang
alam bercanda dengan kita , doa yan setiap solat terucap justru tidak kunjung
dijawab melainkan diberikan rejeki lain yang hampir tidak kita duga .
Tapi
nyusun resolusi itu bahkan sama sekali ga ada ruginya . emang kadang karena
kita punya resolusi (sesuatu yang kita kejar) , menjadikan kita gak menikmati
apa yang orang lain nikmati . ya karena resolusi tiap orang lain2 .
Contoh
aja nih , resolusiku umur 22 tahun , karena aku gak ketrima s1 di kampus yang
aku targetin , jadilah aku bikin resolusi untuk kerja . pada akhirnya temen2ku
lain udah lulus s1 , aku beluummm , tauk nih s1ku kelarnya kapan .
Contoh
lagi , karena aku dan pacarku (sekarang suamiku) punya resolusi untuk punya asset yang
terlihat dengan belajar kredit kendaraan roda empat supaya pendapatan/gaji kita
keliatan hasilnya, setidaknya dimata kita berdua (ini target pas umur 23tahun)
, bikin kita gak bisa kayak temen2 kita yang lain yang bisa jalan2 terus keluar
pulau bahkan keluar negri . karena angsuran kredit kita kalo dijumlahin setaun
ya bisa buat umroh berdua .
Menyesal??
Nope !! karena apa yang aku jalani sesuai perencanaan dan dan sudah dipikirkan
dengan matang . dan begitupun orang lain dengan resolusi mereka masing2 .
Dan
tapi bukan berarti juga , orang dengan pemikiran yang menurut suamiku terlalu
saklek terhadap planning ini gak punya sisi negative . karena sifatku yang
terlalu keras terhadap resolusi , kadangan membuatku “stress” kalo resolusi
yang aku susun gak sesuai rencana .Stress yang aku alami , gak jarang sampai
bikin aku susah tidur .
Aku
inget setelah menikah , program pertama kami adalah membangun rumah tanggaku di solo , jelas tujuan ini mencakup banyak rencana.sehingga doa
yang ku panjatkan setiap solat adalah yang hubungannya sama perencanaan2 itu .nah karena ternyata Tuhan Yang Maha Tau mana yang lebih baik didahulukan , memutuskan aku dikasih hamil lebih dulu , jadi program utama kita itu mundur dulu deh , sambil terus berdoa dan berusaha , berharap bisa berjalan beriringan .
See? Hidup penuh dengan kejutan , dan Tuhan tau apa yang terbaik bagi umatnya.
Kembali lagi hidup emang penuh kejutan .
Bersyukur
karena mendapat sesuatu yang hanya Dia yang bisa memberikan?PASTI . Galau
karena merasa belum bisa mewujudkan program utama , siap atau gak siap? PASTI .
hati rasanya campur aduk .
Gak
terasa pembahasan dengan suami yang tadinya perencanaan skema kredit
kepemilikan rumah , berubah jadi tentang parenting , berubah menjadi pembahasan
tentang bagaimana mendidik anak supaya dia bisa bertanggung jawab atas hidupnya
sendiri nantinya .
Gak
terasa keadaan memaksa kita untuk mikir “udah jalani aja dulu sesuai prosesnya
, hidup gak melulu harus sesuai yang direncanakan” . Dan buatku itu BERAT .
Mungkin
untuk hidup dengan gaya
hidup yang sesuai standart kantong , AKU BISA BANGET . Tapi untuk hidup dibawah
standart resolusiku sendiri?? Itu sulit banget ku terima. kenapa sulit ku terima? sebab apa yang jadi resolusiku sudah ku ukur sesuai kemampuan dan standar potensiku , jadi resolusiku gak akan tampak seperti langit ke tujuh yang akan sulit di gapai , karena sebelum menentukan resolusi ya aku ngaca dulu ,siapa guwehhhh gitu . makanya kalo resolusi gak tercapai , aku bisa sampe stress yang menganggu pola tidurku , dan itu gak sehat .
Jadi
saatnya mengambil kesimpulan , perlu gak sih menyusun resolusi ???
Resolusi
tetap penting , setidaknya dengan punya resolusi kita punya tujuan hidup yang
kita kejar . dengan mengetahui yang kita kejar , kita punya focus dalam
menjalani kehidupan .
Kadang
kalau tanya sama diri sendiri maunya apa , yah jawabannya standar pengen punya
suami yang baik , pengen nikah , pengen punya rumah , pengen punya mobil ,
pengen jalan2 ke eropa dll , tapi gak tau kapan dan bagaimana ngewujudinya ,
dan paling berbahaya kita akan terjebak standar tanpa tau batas toleransinya .
apa
itu batas toleransi? batas toleransi ya itu tadi , hasil dari kita koreksi diri , "ngaca" kita nih levelnya ya level angka 6 , jangan ngarep yang level 8 , tapi tanpa memantaskan diri . setelah kita tau kwalitas diri kita , kita jadi bisa menetapkan batas toleransi kita .
contoh dalam kasusku : aku sadar diri kalo aku cuma lulusan d3, jadi waktu cari kerja , ya aku menetapkan batas toleransi kalo aku gakpapa kerja dengan standar gaji dibawah s1, yang penting kerja . ehhh kebetulan Tuhan memberikan keberuntungan , ijazahku bisa masuk bersaing dengan yang lulusan s1 . itu kebetulan. dan jangan salah aku pernah kerja di apartemen yang gajinya bahkan gak ada separo dari gajiku sekarang .
kebetulan aku punya temen cowok yang selalu cerita apapun tentang hidupnya sama aku , dan dia penakluk wanita, gak pernah ditolak cewek , pas lulus kuliah , dia minta pendapatku tentang mencari kerjaan . aku jawab , "ketika kamu lulus kuliah, sainganmu dapet kerja itu gak cuma puluhan , ribuan....jadi tempatkanlah posisimu sebagai cowok yang bener2 gak laku , jadi kalo ada yang mau sama kamu , kamu harus nerima setidaknya buat pengalaman, sukur2 ada yang mau sama kamu." dannnnnnnnnn bener, dia nerima kerja awalnya posisi masih pegawe outsourcing, pokoknya ngisi cv dulu , tapi lama2????posisinya udah enak sekarang , dan dia orang paling sukses di sekitar lingkungan mainnya . great job !!
tapi buruknya kalo kita terlalu serius sama resolusi ya itu , kalau berlebihan ……. Bisa kayak aku “stress sampe menganggu
tidur kalo resolusi gak terwujud” hahahahahaha .
Jadi
semuanya akan lebih baik kalau balance , resolusi ada , kematangan acceptasi
atas keadaan juga tinggi .
Seperti
kata suamiku , aku adalah orang yang terlalu realistis dan logis yang membuatku
terlalu kaku sehingga yang ada aku menjadi orang yang pesimis terhadap masa
depanku sendiri , dan jelas itu gak baik .
Well
, semua ada ditanganmu , apakah hidupmu sudah sangat dipenuhi keberuntungan
sehingga kamu gak butuh resolusi ?? silahkan .
Apakah
kamu pernah gagal dimasa lalu , atau belajar dari kegagalan orang lain maka
kamu butuh resolusi??
Atau
kamu gak peduli masa depanmu seperti apa???