Tentang prinsip hidup...
Beberapa hari yang lalu cleaning service yang bertugas dikantorku bilang “mbak indri ini orangnya pegang prinsip banget ya...saya salut sama mbak indri”
Komentar demikian muncul karena aku menceritakan bahwa rumah tinggal disurabaya adalah rumah tanteku dan aku membayar kontrakan supaya aku tetep punya bargaining power
Gak tau kenapa aku terharu karena pujiannya dateng dari orang yang pasti hidupnya lebih berat dari aku secara ekonomi
Lalu kemaren temenku sesama MKA juga mengulang pujian yang sama...persis pujian atas keputusanku ngontrak dirumah tanteku sendiri...yang sudah ku jalani sejak 2015
Aku kemudian mencoba mengenali diriku sendiri...apa memang aku punya prinsip sampe sekeras itu? Suatu hal yang menurutku logis saja dilakukan orang...
“Aku dan suamiku bekerja, keluarga om dan tanteku menawari tempat tingga yang kebetulan punya lante 2 kosong dengan 2kamar dan 1 kamar mandi dan aku mau tinggal tapi jika statusnya ngontrak dan punya token listrik sendiri supaya aku dan keluarga ini kedepannya menghindari konflik perasaan”
WAJAR BUKAN? APANYA YANG ISTIMEWA?
Ada lagi...
Waktu denny awal-awal sms-sms aku..
Aku bilang denny “kalo kamu gak ada niat macarin aku, silahkan pergi, jangan buang2 waktuku”
Buatku buang-buang waktu untuk pendekatan coba-coba itu gak penting, prinspiku ya kalo merasa cocok ya pacaran aja gak usah buang-buang waktu
Waktu memutuskan menikah dengan denny..dan harus berpisah jarak karena penempatan kerja...aku bermasalah? Tidak sama sekali...karena prinspiku adalah roda rumah tangga adalah tentang komunikasi, integritas dan finansial yang baik...tidak harus serumah. Karena aku wanita mandiri yang tidak bergantung pada suami untuk kegiatan harian...dan akupun bisa memastikan anakku tumbuh dikeluarga yang hangat walau berjauhan
Waktu orang-orang bilang kalau pernikahan jarak jauh dan punya suami seperti denny akan membuatku berada red area karena akan banyak godaan wanita disekelilingnya...dan aku tetap menjalankan prinsipku
Bahwa tidak perlu kita sebagai istri memperlakukan suami secara posesif karena seposesif apapun kita...pernikahan adalah tentang intergritas. Jika salah satu sudah tidak bisa memegangnya...maka Tuhan sendiri yang akan menunjukan tanpa kita perlu menyelidiki apapun
Waktu pada akhirnya aku diterima di sebuah perusahaan perbankan, aku bahkan semakin malas meneruskan kuliahku karena aku takut menghadapi kemungkinan promosi
Padahal prinsipku adalah sebagai wanita pekerja, bukan wanita karier.
Prinsipku...adalah, aku yang paling tau kemampuanku dimana, seperti apa...dan aku tau betul, aku lemah dalam managemen stress dan kepemimpinan hahaha
Aku tidak ingin mendzolimi oranglain atau keluarga kecilku jika situasi tak terkendali hadir pada saat karierpadku berjalan
Waktu aku memutuskan untuk belum berencana menambah anak sampe batas waktu yang belum ditentukan karena prinsip belum siap mental dan finansial...
Banyak dapet kritik? Tentu...tapi siapa yang paling tau kondisi rumah tangga kami? Ya kami sendiri
Dan yang terakhir....mengenai keputusan akan keluar dari perusahaan ini...kalau memang tidak ada jalan untuk mutasi ke solo...lagi-lagi prinsip untuk mencoba hidup sesuai dengan value yang kita pilih menjadi alasan kuatku untuk memutuskan
Is that normal?? Apa semua berlebihan?
Berpegang teguh pada prinsip...bukankah bagian dari cara kita menjalankan hidup?
Ada komen?