Anak perempuan manja yang tiba-tiba harus begitu mandiri
Yahh, judul diatas menggambarkan jalan hidup saya.
Saya adalah anak perempuan, anak ke-2 dari 2 bersaudara yang kehadiranya kebetulan ditunggu setelah 5taun.
Sebelum hamil saya, mama saya pernah hamil anak ke-2 dan keguguran. Praktis saya adalah anak perempuan yang sudah begitu dirindukan untuk ditimang oleh orangtua saya.
Kehadiran saya, adalah saat yang tepat ditengah keluarga kami yang keadaan ekonominya sudah lebih baik daripada periode ketika kakak saya lahir.
Ketika kakak saya lahir, orangtua saya adalah orangtua yang sedang merintis hidup sehingga kondisi ekonominya masih belum stabil.
Saya tumbuh ketika orangtua saya, mulai membeli rumah ke-2 dan ke-3. Saya tumbuh ketika orangtua saya mampu membeli mobil lebih dari 1.
Semua keinginan saya selalu dipenuhi, saya jarang membantu pekerjaan rumah, saya tidak pernah menginjak dapur (hingga saat ini saya tidak bisa memasak dan bersih-bersih).
Saya tumbuh menjadi gadis manja yang pemalas, hehe.
Berbeda dengan mama saya yang rajin salam segala hal, menjadi wanita karier tidak membuatnya malas untuk memasak, memastikan rumah kami rapi dan tidak lupa juga menanamkan nilai baik pada saya terkait hati-hati menjalani hidup ini.
Saya tumbuh menjadi anak yang dimudahkan dalam segala sarana dan prasarana kebutuhan saya bersekolah dan bergaul.
Di kota kecil tempat saya tinggal, saya menjadi bagian dari anak perempuan yang barangnya bermerk. Karena keluarga kami rajin bepergian ke kota besar dan menyempatkan untuk belanja.
Namun ketika saya memutuskan untuk menikah, tittle gadis manja itu terpaksa harus berakhir.
Saya harus menjadi wanita fight, wanita tangguh karena kondisi suami saya yang berjauhan dengan saya.
Saya harus membagi pikiran dan tenaga saya melebihi suami saya. Karena tugasnya melindungi "rumah" ada pada saya, tugasnya melindungi diri sendiri dan anak ada pada saya, dan beberapa tugas menjaga lainnya.
Mama saya adalah tipe problem solver dalam keluarga, sehingga saat saya masih dalam tanggung jawab mereka, saya hanya tau beres. Mama dan papa saya yang akan mencari solusi dari segala problem.
Tapi setelah menikah, saya yang mengambil alih status tersebut dalam keluarga.
Pernah area head di kantor saya memberi wejangan "kalo suami kamu jauh, sudah dia gak usah mikir untuk jagain kamu sama anakmu, cukup dia suruh jaga dirinya sendiri, itu aja pasti berat buat dia"
Dan memang benar, entahlah tapi pria yang jauh dari keluarga memang demikian.
Terkadang saya menangis ketika saya tidak merasa kuat dengan beban anak perempuan manja yang tiba-tiba harus beralih fungsi menjadi tokoh utama. Ehehe
Tapi yang saya lakukan ya hanya....berpikir positiv, saya diberi jalan demikian ya karena saya mampu.
Lantas karena sudah terdidik manja sejak kecil, saya belajar darimana akhirnya bisa fight??
Ada pepatah bilang "belajar yang paling efektiv adalah belajar dari pengalaman orang lain"
That is true. Segala ilmu dan spirit positive dari siapapun dari buku apapun. Dari mulai orangtua saya sendiri, manager saya, atau bahkan dari pengalaman tukang sampah...saya selalu ambil hikmahnya.
Yang penting bagi saya, saya bahagia menjalaninya karena ini adalah bagian dari pilihan hidup saya.
Yang penting bagi saya, bita merasakan orangtua yang lengkap, orangtua yang mencermikan a good team.
Papanya hebat karena tidak lelah mencari nafkah dan harus bertahan untuk menjaga dirinya sendiri dari hal-hal negativ
Sedangkan mamanya hebat karena bisa membagi pikirannya dalam bekerja, mengurus jalannya rumahtangga dan hal-hal asesoir tentang kesejahteraan keluarga
Yahh orangtuanya adalah team yang hebat, semoga bita yakin itu.
Love you nak...