Selasa, 19 Juli 2016

Tentang mulai menyekolahkan bita di usia 13,5bulan

Tentang mulai menyekolahkan bita di usia 13,5bulan

Jadi saya dan suami saya sepakat untuk menyekolahkan bita mulai setelah lebaran ini . Bagaimana keputusan ini bisa diambil padahal banyak sekali perdebatan tentang menyekolahkan anak di usia yang terlalu dini.

Bahkan perdebatan ini juga terjadi dikalangan psikolog anak, di beberapa artikel di internet ada yang setuju ada yang tidak.

"Kasian anaknya, belum waktunya mikir" itu pendapat bagi ibu-ibu yang kontra 

Lalu kenapa saya dan suami saya memutuskan untuk menyekolahkan

Jadi cerita awal, bita mulai usia 10bulan sangat takut pada orang yang asing dan lingkungan asing. Tantrum kalau harus beradaptasi dengan orang dan lingkungan asing.

Saya kembali membuka seluruh buku-buku yang saya punya tentang tahap perkembangan anak, ternyata memang diusia 10bulan adalah mulai usia kritis tentang adaptasi lingkungan, itu normal. 
Bahkan menurut psikolog anak dan keluarga anna surti dalam kultwitnya suatu waktu menyatakan anak memang seharunya melewati fase tersebut, justru kalau gak melewati fase itu harus dikonsultasikan. Bahasa psikolognya saya gak paham.

Dan kondisi ini berlanjut 10,11,12bulan , menurut buku-buku tersebut seharusnya usia 12bulan sudah mulai berkurang. Tapi bita masih belum mulus beradaptasi.

Hingga akhirnya saya membaca artikel-artikel orangtua yang mengambil keputusan untuk menyekolahkan anaknya, dan saya setuju .

Bita perlu tandem , bersosialisasi , karena diusia 13bulan seorang anak sudah bisa bermain dan berinteraksi dengan oranglain.

Bita tidak punya saudara yang seumuran, saya tinggal dengan tante saya yang anaknya sudah sma-smp dan kelas 6sd, mereka berinteraksi dengan bita hanya untuk menggemasi bita, menciumi dll tidak bermain bersama bita

Pada pendaftaran bita sekolah, bunda pengajarnya pun berkata "sekolah disini bukan buat serius-serius, cuma buat sosialisasi supaya bisa berbaur sama anak lain ya"

Saya hanya menyekolahkan bita di balai RW tempat saya tinggal, hanya sekolah seadanya yang uang sppnya bahkan hanya Rp 20rb, murni saya ingin bita berbaur, bermain , bersosialiasi. Sekolah "benerannya" mungkin mulai akan saya pikirkan diusia 2tahun. Karena biaya preschool yang lumayan menguras kantong memang juga perlu disiapkan dengan matang.

Selebihnya untuk stimulasi motorik kasar dan halus adalah Tugas utama saya, sekolah hanya pelengkap saja. Saya hanya ingin bita bersenang-senang disekolahnya.

Jadi marilah sebelum kita saling tuding sebagai orangtua merasa paling benar "harusnya gak disekolahin!!!" Atau "harusnya disekolahin!!!" , kita pahami dulu alasan orangtuanya dibalik keputusan yang diambil

Mengutip kalimat seorang psikolog anak Monica Susilowati Mpsi "menyekolahkan anak diusia dini itu tidak haram tapi juga tidak harus"

 jadi yaaa berati pilihan orangtua masing-masing๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š

Selasa, 12 Juli 2016

Waste the money or Spend the money?

Spend the money or waste the money ??

Indri : yank aku pengen beli .... Harganya .....
Denny : halah ngapain itu waste money, kita itu spend money boleh, tapi waste money jangan

Spend money dan waste money

Menurut suami saya , menghabiskan uang untuk menginap dihotel sekedar untuk ganti suasana itu spend money, karena kami sudah hidup berpisah demi mencari uang, maka dengan terkadang membayar kamar hotel dengan fasilitas lengkap menjadi pilihan untuk menghidupkan harmonisasi keluarga. Itu spend money

Menurut suami saya, menghabiskan uang untuk sekedar ganti hape baru tanpa ada "needs" didalamnya adalah waste the money
Saya yang kebetulan sejak menikah tidak pernah membeli hape, hape yang saya beli selalu dibelikan oleh suami, dan suami saya membelikan ala kadarnya, sebutlah jaman hype nya iphone 5 saya dibelikan iphone 4, jaman hype nya iphone 6 saya dibelikan iphone 5 , itupun karena setelah kami punya bita, hape saya baru diganti karena kamera hape iphone 4 tidak mumpuni sehingga ada "needs" untuk ganti hape yang kameranya lebih baik.

Uang yang dikeluarkan untuk reward pribadi dan hoby menurutnya adalah spend money, sepatu, jam tangan, tas, buku dll dibeli karena menghargai diri sendiri , harga yang dibayar adalah reward bagi waktu yang kami habiskan untuk bekerja. Asal belinya bukan pakai uang tabungan, asal belinya bukan pakai uang operasional rumah tangga.asal memang ada budgetnya

Menurut suami saya , ketika saya ingin membeli parfum seharga 700rb adalah waste the money, tapi ketika saya membeli serum bodyshop dengan harga yang sama, itu spend the money, karena serum berfungsi untuk investasi masa depan, demi kulit muka yang tetap kenyal di masa depan

Dan cerita lain sebagainya

Kami memang termasuk hati-hati dalam financial managemen

Saya dibesarkan di keluarga Sederhana dan cukup , tapi tidak berlebihan. Banyak dari permintaan saya yang di acc oleh orangtua saya, tapi banyak juga yang tidak, mereka selektif, mana yang bisa mereka akomodir dan mana yang tidak.
Sejak sekolah saya membiayai gengsi saya dengan uang tabungan saya sendiri, sebutlah sepatu dan tas GOSH, gengsi siswi smp/sma dimasa saya sekolah. Semua saya beli hasil dari uang lebaran yang terkumpul setiap tahunnya

Gengsi atas hape keluaran terbaru atau hape yang sedang hype saya penuhi dengan merogoh tabungan saya, mengumpulkan sedikit sedikit.

Karena penekanan orangtua saya adalah, semua barang itu dibeli sesuai fungsinya, bukan harganya,bukan merknya.jika saya ingin barang yang bernilai gengsi, maka saya harus memiliki pendapatan lebih (diluar uang saku dari orangtua) , maka saya beli barang bernilai gengsi dari tabungan pemberian om/tante saya saat lebaran.

Kalau tidak ada uang lebih gimana? Ya gakpapa, berati gak usah dibeli barang gengsinya

dari sinilah saya belajar, bahwa "statement" diperoleh dari kerja keras. Bahwa boleh beli barang bernilai gengsi, jika dana didompet itu mumpuni, dan tidak menggunakan dana operasional harian.

Suami saya bahkan kondisinya lebih sulit dari saya, karena kehidupannya yang lebih sederhana. Uang saku yang hampir tidak bisa dihitung logika untuk kecukupan merantau menjadi anak kos saat kuliah.

Kami berdua menjajal bisnis sepatu handmade online yang labanya hanya sekedar untuk nonton bioskop atau nongkrong di cafe

Berangkat dari kondisi inilah saya dan suami berhati-hati dalam financial management

Bagaimana mengatur agar hidup cukup baik, tabungan aman tapi reward pribadi bisa terbeli.

Dan hidup kami sekarang, Allhamdulillah, dengan kesederhanaan dan banyak keterbatasan, tapi kami merasa cukup, karena gaya hidup kami yang memang tidak muluk-muluk
Itulah mengapa banyak sekali pesan didalam artikel persiapan pernikahan "pilihlah pasangan yang gaya hidupnya sama denganmu"

Dan PR besar bagi kami adalah bagaimana mendidik bita agar berpemikiran sama dengan kami.

Hay nak, punya barang bernilai gengsi itu boleh , tapi jangan sampai gengsi itu menjatuhkanmu

Ada beberapa jenis barang yaitu sangat hits, hits , lumayan hits dan kurang hits, Maka pakailah yang hits/lumayan hits.
Karena biasanya, yang berada di wilayah abu-abu itu aman untuk dibawa ke atas ataupun kebawah

Hidup bahagia adalah : ketika hidup cukup (tidak kurang) dan keluarga harmonis 

Bismilah hidup cukup terbentuk dari rasa syukur dan pola hidup yang terencana. Semoga Tuhan selalu memberkati dan melindungi keluarga kecil kami. Amin