Menikah menjungkir balikan pribadi saya.
Menikah sama sekali bukan perkara sederhana
Menikah adalah bersatunya dua manusia MERDEKA yang memiliki kesepakatan untuk membangun rumah tangga
Untuk membangun rumah tangga dibutuhkan visi dan misi yang sama
Kenapa harus sama? Ya gila aja, orang ngobrol gak nyambung aja kita gak betah, gimana bangun rumah tangga tapi gak sevisi?????
Ketika sudah meng-iyakan untuk maju ke meja akad dan mantap sudah satu visi dan misi, apakah proses belajar berhenti disitu?
GAK, SAMA SEKALI GAK.
Sifat manusia itu berkembang, pola pikir, wawasan berkembang (bagi yang gak mau maju ya gak berkembang sih , hehe)
Ketika pola pikir dan wawasan berkembang kita dihadapkan pada benturan pendapat karena untuk mencapai mufakat baru lagi demi kehidupan yang lebih baik dan bermanfaat.
Satu visi cukup? Tidakkk .... Harus disertai dengan KESADARAN untuk saling memperbaiki kehidupan, baik kehidupan duniawi atau hubungan kepada Tuhan. Dan untuk itu kita harus belajar lagi, cari banyak-banyak referensi.
Hidup berlanjut ketika saya hamil dan melahirkan , pola pikir saya kembali JUNGKIR BALIK. Belajar dan belajar lagi tentang menjadi ibu, tentang menjadi orangtua.
Menjadi ibu dan orangtua TIDAK BISA TANPA BELAJAR.
Sebelum saya hamil, bahkan mungkin awal kehamilan pun. Saya bahkan gak begitu peduli sih, bayi saya akan saya kasih minum apa, bahkan saya sempat survey harga susu formula sambil menunjukan pada suami saya
"Nih yank, harga susu, kita harus cari duit giat nih, mahal susu"
Tapi setelah kehamilan saya semakin besar, saya semakin belajar dan mengajak suami juga belajar.
Dengan belajar saya baru tau bahwa minuman terbaik bayi adalah asi, bagaimana supaya asi dapat terus berproduksi, bagaimana managemen asi perah dll semua butuh BELAJAR BERSAMA. Walau saya belajarnya kurang banyak, mungkin karena mepet dan kurang rajin, sehingga tetap saya mengalami babyblues. Beruntung saya punya kakak ipar yang pro asi , yang akhirnya membimbing saya pada awal-awal perjuangan asi kepada bita. Itu contoh, dan saya masih terus belajar seiring perkembangan usia bita.
Sekarang yang sedang saya pelajari adalah bagaimana membangun keluarga yang bisa "menjadi rumah" bagi saya sendiri, bagi suami saya dan tentu utamanya bagi anak saya dengan keterbatasan mama dan papanya yang berjauhan.
Saya mengajak suami saya belajar bersama, tentu harus kedua belah pihak karena kami partner , kalau kerja team yang belajar cuma satu orang ya timpang.
Kebetulan suami saya termasuk orang yang mau belajar walau tetap 2 kepala dengan pengetahuan dan pemahaman yang berbeda harus bertahap untuk berkesimpulan sama.
Bagaimanapun proses belajarnya , manusia tetap harus belajar , mengembangan pola pikir, mengembangkan wawasan, demi menghadapi hidup di era yang sangaaaat dinamis ini.